Lazada Indonesia
Jumat, 01 Agustus 2014

SERABI, KUDAPAN YANG BIKIN HAPPY :)

Serabi atau srabi atau surabi, seolah jajanan endemik Pulau Jawa. Dari ujung barat hingga timur pulau ini. kita bisa menemukan berbagai jenis variannya. Mulai dari yang masih polos hingga yang sudah berdandan, dihiasi berbagai warna dan beraneka rasa.

Banyak yang menyebutnya panekuk dari Jawa, tapi buat saya, pancake-nya orang barat itu yang serabinya Eropa :)

Di Tanah Sunda, Surabi dinikmati dengan telur yang diletakkan di atasnya. Bagi yang pernah nonton Film Petualangan Sherina, mungkin ingat dengan adegan makan serabi langsung dari penjualnya yang nongkrong di rumah Sadam. Masih di Jawa Barat, kita juga akan menemukan Surabi yang nuansanya lebih nge-pop, bertoping berbagai saus buah-buahan, keju, susu, coklat, bahkan es krim. 

Sementara di Jogja, kita akan berjumpa dengan Serabi Kocor. Cara menikmatinya adalah dengan dicampur kuah santan yang gurih manis sedap. Mari ke Solo sejenak, saudara kandung Jogja ini juga punya Serabi. Namanya Serabi Solo, meski sejak kecil saya lebih akrab dengan nama Serabi Inggris. Bapak saya yang memperkenalkannya, buah tangan saat beliau mempir ke Solo dalam perjalanan pulang dari Jogja. 

Baca selengkapnya....

MAS MARCO, JURNALIS BENGAL DARI CEPU

Kampung halamanku ini rupanya pernah melahirkan putera pembangkang, paling tidak begitulah sejarah penguasa menganggap. Salah satunya adalah Marco Kartodikromo, jurnalis radikal yang gemar melakukan tur penjara, dari satu sel ke sel yang lain akibat tulisannya yang kerap menampar muka Pemerintah Kolonial Belanda.

Mas Marco, begitu dia biasa dipanggil, lahir di Cepu pada tahun 1890. Tanggal berapa dan bulan apa, tak ada catatan pasti (ada yang mengatakan tanggal 25 Maret). Tak seperti para tokoh pergerakan pada umumnya yang lahir dari keluarga priyayi dan mengenyam pendidikan tinggi, Mas Marco tak pernah merasakan bangku STOVIA, HBS, atau ELS. Dia hanya lulus Sekolah Ongko Loro (De Scholen der Tweede Klasse) di Bojonegoro, sekolah bagi bumiputera rendahan anak-anak para petani, buruh, dan sejenisnya.

Pendidikan rendah tak kemudian membuatnya terbelakang, karena ilmu tak hanya didapat dalam gedung-gedung institusi pendidikan. Bagi Mas Marco, bumi adalah sekolah, kondisi sosial masyarakat menjadi laboratorium, dan siapa saja bisa menjadi gurunya. Dia seperti ikan yang melahap jutaan plankton tak terlihat di dalam air.  Baca selengkapnya...
Lazada Indonesia
 
© Copyright 2010-2014 Khas Blora All Rights Reserved.
Template Design by Khas Blora | Modified by Gungs Bisco | Powered by BIGBASS.